Halaman

Jumat, 01 Maret 2013

Episode Pondok Romadlon

1 komentar
Rabu 20 Juni 1984, pagi wib
Ada acara yakni kegiatan bulan Romadlon di sekolah. Pagi itu habis makan sahur bersama Rita, saya tidur lagi. Bangun tidur mandi, dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Oh ya, waktu mandi tadi, Setyo Margo Utomo datang ke rumah untuk menyampaikan surat ijin tidak masuk. Katanya ke Surabaya. Yang menerima surat Mbak Ana. Saya tidak sempat bicara dengannya. Dari tempat pemberhentian colt (pertigaan) saya naik colt. Di situ terdapat teman wanita saya yang satu kelas dg ku, yakni Elvy Dwi Arianita, Rullys dan Emy Nurhayati. Sampai di terminal Ngawi saya jalan kaki seorang diri. Sedang ketiga cewek tadi naik becak. Jalan kaki sendiri rasanya lama sekali. Jadwal kegiatan Romadlon ini adalah :
Tanggal 14-15 dua hari dua malam kelas I ABCD
Tanggal 16-17 dua hari dua malam kelas I EFGH
Tanggal 18-19 dua hari dua malam kelas II ABCD
Tanggal 20-21 dua hari dua malam kelas II EFGH
Perlu diketahui, bahwa kelas I di atas adalah calon kelas II
Sedang kelas II adalah calon kelas III, diantaranya saya II H
Acara pertama kali adalah : Ceramah Hikmah Puasa oleh Pak Mundzir. Setelah itu anak-2 diberi waktu 5 menit untuk mencari air. Kemudian saya mengajak Angkat ke kantor PLN untuk membayar listrik. Jalan kaki lewat belakang sekolah.
Sesampai di sana yang membayar banyak sekali. Oleh karena saya tidak mau antri maka saya kembali ke sekolah, setelah di sana kira-2 5 menit. Kembali ke sekolahan juga lewat belakang. Sampai di sana ceramahnya Pak Slamet (KS) tentang P4. Setelah itu anak-2 diperkenankan berbelanja untuk berbuka. Waktu masak di dekat warungnya Mbak Warti, saya main kartu bersama Wawan dan Dodik, Setelah dg Agus Dwianto, Angkat, Agus DPH main kartu yg disebut malingan. Kemudian saya main malingan dg Dodik. Tiba-2 dari barat Pak Slamet Hadi Susilo datang & menegur agar saya tidak main kartu. 
Tempat untuk tinggal selama Kegiatan Romadlon adalah :
Putra : Klas II E tinggal di ruang klas III A, Klas II F  di kelas III B, dst
Putri : Klas II E tinggal di ruang klas III G dst
Putra, 1 klas dibagi  3 kelompok, demikian juga untuk putri

Rabu 20 Juni 1984 15.05 wib
Pergi ke rumahnya Krama Bagyo Sugiharto untuk mandi, bersama dg : Farid, Angkat dan Dodik, naik sepeda.  Di rumahnya Bagyo ngobrol-ngobrol dengan Ayah & Ibunya Bagyo. Kemudian mandi. Saya mandi duluan, setelah saya baru Dodik, Farid terus Bagyo. Kembali ke sekolahan. Sembahyang Ashar dg Farid di Musholla. Saya sebagai Imam dan Farid ma'mun tunggal. Sebenarnya sholatnya berjama'ah, tempatnya di klas II G. Tapi saya datang terlambat. Habis sholat mau ganti pakaian. Bersama Farid dg memakai sepedanya Hari pergi ke rumahnya Farid untuk ganti pakaian. Ini dilakukan habis berbuka. Sholat Maghrib di rumahnya Farid. Beli jajan di rumahnya Mbak Warti. Sebelum berbuka tadi, saya dan Farid karena tidak membawa piring & sendok maka pinjam pada anak putri yakni pada Rullys. Saya disuruh beli es Rp. 100, tapi baru saya belikan habis berbuka. Ketika saya berjalan dekat dekat tempat sepeda bertemu Retno dan Bibit yang akan cuci piring membawa termos saya disuruh ambil air, tapi saya tidak mau. Kemudian pinjam termos yang dibawa & saya beli es di warungnya Mbak Warti, sedang kedua anak itu tidak jadi cuci piring.

Rabu 20 Juni 1984 18.45 wib
Sholat Isya' dan Tarawih. Habis sholat tadarus (ngaji), kelas II H diwakili saya, Latif, Farid, Sunarno, Kasno

Rabu, 27 Februari 2013

Episode SMP (bag:2)

3 komentar
Selasa 13 Maret 1984, 12.20 wib
Praktikum Biologi kelompok V waktu menjawab pertanyaan tentang pernafasan katak yang sudah ditunjukkan dg gambar, tidak dapat menjawab. Karena tadi sebelum dimulai Pak Munif sudah mengatakan kalau nanti ada yang tidak bisa menjawab suruh ngepel WC, maka sesuai dengan ucapannya tadi Pak Munif menyuruh kelompok V yg terdiri dari "Sunarno, Agus Dwi Pitoyo Hadi, Eko Yudo, Nuryanto, Joko Prihantoro, Bibit Lestariani, Erni dan Harni" ngepel WC, sementara yang lain diberi PR dan ulangan pencernaan dibagikan. Saya dapat nilai 76.

Rabu 14 Maret 1984, 07.08 wib
Berangkat sekolah bersama Lik Sakip, di depan kantor Perhutani ketemu kawannya Lik Sakip. Ia bertanya, "Jantung sehat opo tak gonceng ?" (jalan apa saya bonceng) Lik Sakip menjawab, "Goncengna adikku iki wae." (kamu bonceng adik saya ini saja) Lalu saya dibonceng sampai di depan sekolahan. Tiba di sekolah pelajaran Olah Raga, anak-2 sudah lari-2. Saya terlambat. Memang beberapa hari ini saya slalu datang terlambat. Hal ini memang saya sengaja. Olah Raganya anak putri bebas main volley. Anak putra sit-up dan kayang di dalam kelas. Waktu sit-up, saya yang menghitung Siauw Han. Sebelum tiba giliran saya, saya melihat absen tentang siapa nanti yang menghitung saya. Setelah kuketahui bahwa Siauw Han, saya hubungi dia. Ia saya bilangi supaya dlm menghitung nanti ditambahi. Saya mendapat 32 dan Siauw Han saya suruh mengatakan 40.

Rabu 14 Maret 1984, 09.12
Waktu istirahat Wawan menyuruh Yunus beli tempe Rp. 100 dapat 5 buah. Yang makan saya, Wawan, Eko, Farid, Yunus dg Hari Wibowo.

Jum'at 16 Maret 1984, 07.15 wib
Anak-2 yg ikut ketrampilan dekorasi disuruh membawa janur dan peralatan dekorasi. KArena akan dishooting (Acara TVRI : Arena Pelajar SMP). Kelompok saya, Priyanto, Dodik dan Siauw Han. Membuat hiasan dengan apa yang disebut "GABUGAN" oleh yang menemukan.

Jum'at 16 Maret 1984, 11.00 wib
Pulang sekolah ke pondokannya Wawan bin Sukarti binti Sumarti, karena sembahyang Jum'at. Tapi Wawan dan Mas Sus tidak sembahyang, yang sembahyang saya dan Narwan. Naik Suzuki FR 80 milik Narwan. Sesampai di masjid habis sholat Tahiyatul Masjid saya melamun sambil ngobrol dg Narwan.
Dalam lamunanku aku teringat akan tas yang kutinggal di pondokan. Saya nebduga pasti kedua "BEDHES ELEK" (monyet jelek) itu kini sedang mengobrak abrik tasku. Dugaanku tidak meleset rupanya. Kedua BEDHES ELEK itu ketik aku pulang dari masjid menyindir dg kata-2 yg terdapat dlm agendaku al :"Nang tak gonceng apa jantung sehat ?" kata BEDHES yg satu. Saya semula tidak tahu akan sindiran itu. Tapi ketika BEDHES itu menyindir lagi, barulah saya tahu. "Wawan menyuruh Yunus beli tempe dst .."

Jum'at 16 Maret 1984,12.30 wib.
Pulang sekolah diantar Narwan. Waktu naik colt dlm perjalanan pulang, dg seorang yg kelihatannya asing di sini. Tiba-2 saja ia bertanya padaku, "SMP dik sekolahnya ?" Kujawab "Ya !" "Tak kasih buku mau ?" Tentu saja saya mau, & buku itupun diberikan saya. Tiga buah buku tulis. Nama orang itu Muslim. Orang Sby.

Selasa 3 April 1984, pagi
Waktu pelajaran Kesenian karena Bu Sumini repot mengurusi EBTA Praktek, Kasno disuruh mencatat tentang Stakato (cara memanjang mendekkan nada) Tapi anak-2 banyak yang tidak mancatat. Mereka asyik main catur. Yang bawa catur Angkat & Siauw Han.

Rabu 4 April 1984, 07.15 wib
Pelajaran pertama OR. Tapi Pak Maryanto mengajar EBTA Praktek entah di SMP mana. Anak-anak putra OR sendiri, yakni sepak bola. Mulanya anak-2 duduk-2 di dekat taman (waktu saya kelas I) Lalu saya mengajak Yunus & Agus Priyanto main catur. Sampai di kelas pintu tertutup. Yang ada di dalam anak putri semua. Mengambil caturnya Angkat & main dg Yunus. Pertama kalah, kedua menang (sebenarnya pd permainan kedua ada kekeliruan, yakni Star kami keliru di tempat raja) Maka dalam permainan ini Yunus dapat kukalahkan dg mudah. Waktu bermain catur, Yusuf dan Nuryanto datang terlambat. Kedua anak itu lalu sendau gurau & akhirnya keduanya berkelahi.

Sabtu 7 April 1984, siang
Waktu pelajaran Bahasa Daerah BAB Pepeling, Pak Paeran bertanya "Pepeling iku rimbage apa ?" anak-2 tdk ada yg bisa menjawab. Kemarin ia juga menanyakan hal itu. Tapi anak-2 tak ada yg dpt. Kemudian ia menyuruh ketua kelas bertanya pada II E yang kebetulan tidak diajar karena Sri Hadiati mengajar Praktek EBTA (menjahit). Lama Bagyo tidak datang, Wakil Ketua disuruh menyusul. Saya keluar Bagyo sudah akan masuk. Kami berdua masuk. Bagyo ditanya apa jawabnya. Bagyo menjawab rimbag Pepeling ialah "Pe". Karena masih salah, saya sebagai wakil ketua disuruh tanya lagi. Saya tanya pada Setyo Margo. Jawab "dwi purwo". Lalu Bagyo datang pada saya (di klas II E) & bilang bahwa anak II E yang saya tanyai dipanggil ke klas II H. Saya mengajak Setyo, tapi tidak mau. Ia takut kalau salah. Agus Priyanto (Petruk) yg duduk di depan Setyo mengatakan bahwa jawabnya "Pa" Setyo membenarkan tapi dia tidak mau juga saya ajak ke II H. Ia menyarankan agar saya mengajak Kristianto, Kuswartanto dll, tapi tidak mau. Saya lalu mengajak Oktin tapi ia tidak mau juga. Saya dan Bagyo kembali ke kelas, ditanyai pertanyaan  serupa. Kujawab "Rimbag Pa". Karena salah, saya & Bagyo ditanya, "Siapa anak II E yg kautanyai ?" "Setyo", jawabku. Pergi ke klas II E bersama P Paeran. Di sana anak-2 II E ditanya,"Pepeling iku rimbage apa ?" Anak II E menjawab "Dwi purwo". Bagyo dan aku ditempeleng olehnya. Demikian juga Setyo.

Selasa 15 Mei 1984, pagi wib
Ulangan Sumatif Bahasa Indonesia & PMP. Lokasi klas 3 & 1 G. Duduk bersama Oktafianto Panca Wardana IIG. Di belakang sendiri (deret kedua dari utara)

Jum'at 18 Mei 1984, pagi wib
Ulangan Sumatif Phisica & Bahasa Inggris. Waktu Ulangan Phisica saya bawa contekan yang saya taruh pada kalkulator "SHARP" milik Pak Lik. Yang jaga (pengawas) Pak Slamet Hadi Susilo.

Jum'at 8 Juni 1984, siang wib
Pulang sekolah sampai di pertigaan (Kartonyono) bergabung dg Joko Trisula Utama & Priyanto. Dari  utara ada Toyota Hartop Putih yg di dalamnya ada Iful (Ahmad Haiful, rumahnya komplek PG. Soedhono). Lalu Joko mengajak saya nunut. Pulang naik Hartop, sampai di depan SD Tambakromo II ada orang berkerumun. Ternyata sebuah truck masuk gang (jalan menuju Musholla) Untunglah tidak menabrak rumah. Tiba di rumah diberitahu bahwa truck tsb menabrak Amin (Siti Aminah tetangga, anak Pak Tamin). Katanya kepalanya pecah. Pada hari itu Ibuk tidak ada. Pergi ke Surabaya bersama dg Ayah, tapi Ayah sudah pulang tadi pagi.

Selasa, 26 Februari 2013

Senin, 25 Februari 2013

Mengapa Bu Hastuti ?

2 komentar
Seusai upacara hari Senin itu, salah satu siswa kelas III H, yang sejak beberapa upacara sebelumnya begitu antusias memperhatikan jalannya upacara bendera, terutama di deret barisan Guru yang ada di sebelah depan berhadapan dengan barisan siswa, seorang siswa yang bernama Anang Dwijo Suryanto, yang kebetulan juga siswa perwalian Bu Hastuti, menghampiri beliau dan mengajukan satu permohonan. "Maaf Bu Hastuti, bolehkah kiranya saya bertanya beberapa hal kepada Ibu, jika Ibu berkenan dan ada waktu luang ?" "Oh, .. kamu Nang .. ada apa ini ya .. ? Boleh-boleh saja. Sebaiknya nanti saat istirahat saja ya ? Di Ruang BK, bagaimana ?" Jawab dan sekaligus tanya beliau. Sang murid pun mengangguk sambil tersenyum.
Saat istirahat, saat biasanya Anang beli jajan atau dibelikan jajan tempe Rp. 100 dapat 5 dan dimakan rame-2, oleh Widyatmoko Kurniawan, yang sekarang menjadi seorang Dokter Bedah di Lampung, ia bergegas seorang diri pergi ke Ruang BK. Menimbulkan tanda tanya beberapa temannya yang lain.
Di Ruang BK, Bu Hastuti, sang Wali Kelas sudah menunggu dengan senyum ramahnya. Tanpa menutupi rasa ingin tahunya beliau langsung bertanya.
"Ada apa to Nang ? Sepertinya koq serius sekali ?"
"Ehm ... begini Bu, .. gimana ya, .. saya agak malu ini menanyakan pada Ibu."
"Sudahlah, nggak apa-apa koq, .. kalau ini menyangkut hal-hal pribadi atau rahasia, Insya Allah Ibu berusaha untuk merahasiakannya, .. Jadi, .. kamu ndak usah khawatir. Ayo mau tanya apa ?"
"Begini Bu Hastuti, setiap kali upacara bendera, saya selalu memperhatikan deretan Guru. Beberapa Guru, baik Bapak atau Ibu Guru, saya amati pasti ada yang ngobrol dengan Guru di sebelahnya. Ada yang guyon jegigisan. Ada yang begitu pembawa acara mulai membaca susunan acara, begitu pula mereka mulai ngobrol hingga upacara selesai. Atau pada saat sikap istirahat, ada yang sedakep, dsb. Bahkan Bu yang lebih membuat saya prihatin, pada saat mengheningkan cipta atau pas doa, koq ya masih sempat-sempatnya mereka berbisik-bisik."
"Lho Nang, kalau kamu tahu persis apa yang Bapak Ibu Guru lakukan di barisan depan, berarti kamu nggak mengikuti upacara dengan tertib dan baik ya ?"
"Iya Bu, .. terdorong rasa ingin tahu saya, waktu mengheningkan cipta atau berdoa, saya tidak menunduk dan tetap mengawasi mereka Bu."
"Lha terus apa yang ingin kamu tanyakan pada Ibu, Nang .. ?"
"Begini Bu, selain saya mengamati beliau-beliau, saya paling jeli mengamati Bu Hastuti."
"Ah, kamu ini Nang, .. ada-ada saja .. Terus .. ?"
"Sejak awal pengamatan saya Bu, .. saya tidak pernah melihat Bu Hastuti berbicara sesaat pun pada Bapak Ibu Guru yang ada di sebelah Bu Hastuti. Ibu begitu khitmad dan terkesan sangat sombong, ketika beberapa kali ada Guru di sebelah Ibu bertanya pada Ibu, dan Ibu hanya sedikit menoleh saja, dengan senyum atau sedikit anggukan saja. Sikap Ibu juga selalu seperti sikap yang dikomandokan pemimpin upacara."
"Terus, .. kenapa Nang ?"
"Justeru saya yang akan menanyakan pertanyaan tersebut pada Ibu. Kenapa Bu ? Dan bagaimana Ibu bisa bersikap seperti itu ?"
"Ooh .. itu to Nang ... begini, .. Setiap upacara bendera, Pembina upacara kan pasti menekankan kedisiplinan dan ketertiban. Ya to ? Karena salah satu tujuan dari upacara bendera sendiri adalah membentuk jiwa disiplin & tertib. Sikap kita pada saat upacara adalah cermin disiplin kita, yang akan teraplikasikan dalam kehidupan kita sehari-2. Ibu sangat menjaga kehormatan Bapak Ibu Guru Pembina yang selalu berupaya mendisiplinkan para siswanya. Bahkan ketika ada siswa yang tidak tertib seragamnya, bersikap tidak sesuai dengan komando pemimpin upacara, atau ada yang bicara sendiri, pasti mereka mendapat sanksi bukan ?"
"Ya Bu, .. saya juga pernah ditempeleng Pak Suhari, waktu saya menjawab pertanyaan Yunus saat upacara." Sela Anang menyela penjelasan Bu Hastuti.
"Nah itulah ... pembinaan kedisiplinan lewat upacara ini sebenarnya bukan melulu untuk siswa Nang. Tapi juga Guru-guru. Karena kami pun juga Peserta Upacara. Iya kan ?" Kalau kamu harus ditempeleng karena bicara pada saat upacara berlangsung, .. sementara kami yang di barisan depan justeru bicara sendiri bahkan sampai jegigisan menurutmu tadi, .. itu artinya apa ? Artinya kami tidak menghargai Bapak Suhari yang telah menempeleng kamu, atau pembina upacara yang selalu mengajak disiplin, termasuk Ibu yang pada saat menjadi Pembina Upacara juga mengajak & mengharuskan siswanya untuk disiplin. Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa di akherat ada seorang yang berwajah keledai dengan usus terburai berjalan berputar-2. Lalu penghuni neraka bertanya, bukankah engkau si fulan yang selalu mengajak kami pada kebaikan ? Mengapa kamu bisa seperti ini ? Jawab yang ditanya, iya benar, saya sering mengajak kebaikan, tapi saya tidak pernah melaksanakannya. Lagian Nang, ... kami ini Guru. Yang katanya digugu dan ditiru, maka kami harus memberikan contoh & teladan bagi murid-2nya. Tidak boleh hanya pandai bicara, menuntut siswa tanpa memberikan keteladanan. Karena itu akan sia-sia. Ingat Nang, .. sebuah contoh atau keteladanan, itu jauh lebih mengena, berarti dan bermakna dari pada ribuan kata yang diucap hingga berbuih berbusa .. begitu."
"Ooo jadi begitu ya Bu Hastuti, ... Jadi Ibu, ... ", belum selesai Anang berkata terdengar bel tanda istirahat usai. "Maaf Bu, waktu istirahat sudah habis, ... mungkin wawancara saya cukup sampai di sini dulu. Terima kasih banyak atas waktu dan penjelasan ibu. Semoga saya kelak mampu menerapkan prinsip Bu Hastuti ini di masa mendatang. Aamiin".
"Iya Nang ... doa Ibu menyertaimu ... "

Rabu, 20 Februari 2013

SMP ku ... kini ...

4 komentar
Pagar depan, tempat biasa membeli es kelapa muda di trotoar depan sekolah
Pintu masuk ruang utama yang semakin megah, dulunya ruang kelas untuk kelas II yang masuk bergiliran pagi dan siang, setidaknya menurut perkiraanku
Ruang Kelas I & III H yang sekarang menjadi Ruang Kelas G
 Sisi dalam Ruang Kelas H, kini dan dulu
Musholla yang akrab untuk sholat Ashar saat giliran masuk sore
Ruang GC/BK yang telah berubah fungsi menjadi Kantin Kejujuran




Dokumen Kelas, ... SMP

2 komentar